Friday, October 17, 2008

Mudik Naik Kereta Api

Membaca tulisan Pakde dan Paman Tyo tentang mass rapid transportation dalam hal ini kereta api, saya sebagai orang daerah ngiri melihat saudara-saudara di metropolitan yang bisa menikmati angkutan masal murah meriah tapi cukup nyaman.

Saya sendiri kemarin memakai jasa kereta api untuk sarana mudik ke kampung di Jombang Jawa Timur. Kereta yang saya tumpangi cukup kereta kelas kambing karena kantong cekak. Suasana di dalam sumpek penuh dengan manusia yang berdesak-desakan, bahkan banyak yang duduk di lantai.

Saya sendiri duduk beralaskan koran di pintu dekat sambungan gerbong karena saya naik dari Stasiun Poncol Semarang sehingga kereta sudah penuh dengan penumpang sejak berangkat dari Jakarta. Anak saya, dua-duanya duduk diatas tas pakaian yang kami bawa. Beruntung di Stasiun Jebres Solo ada penumpang yang turun sehingga anak-anak saya bisa mendapatkan tempat duduk.

Kereta tersebut masih baru jadi aroma harum dari toilet belum ada. Biasanya saya naik kereta api sejak jaman kuliah dari Malang ke Biltar atau sebaliknya selalu mencium aroma harum dari toilet yang tidak kotor bercampur dengan bau keringat penumpang yang berdesak-desakan. Seminggu sebelumnya mudik saya juga sempat naik kereta yang sama (edisi lama) yang masih sangat kumuh.

Saya setuju dengan Paman Tyo yang mengatakan:

  1. "Masalahnya pemerintah gagap dalam menyediakan. Ukuran kemajuan baru sebatas gedung bagus, jalan (yang semoga) mulus, dan seliweran mobil pribadi. Pada kampanye pemilihan presiden 2004 setahu saya kandidat yang menyebut rel ganda Jakarta-Surabaya hanya Mega-Hasyim.
  2. Para tuan di pemerintahan, pun di parlemen, hanya menjadikan urusan transportasi massal sebagai alasan studi banding dan tambahan pekerjaan rumah, tanpa penghayatan pol-polan. Kenapa? Mereka tak pernah menggunakan angkutan umum."
Untuk ketepatan waktu sih sudah bagus tidak terlalu mengecewakan paling cuman beberapa menit terlambatnya.

Harapan saya semoga ke depan pemerintah lebih memperhatikan sarana transportasi untuk rakyat kecil.

0 comments: